3.2
Permasalahan Kecamatan
Bogorejo
3.2.1
Fisik dan Sumberdaya Alam
Potensi
hutan jati yang ada di Desa Gayam yang cukup luas yaitu sekitar 2700 Ha
dimanfaatkan oleh Dinas Perhutani dengan mengambil hasil blok kayu jati
sedangkan ranting dari pohon jati di manfaatkan oleh warga sekitar hutan jati. Namun pemanfaatan hutan jati tersebut belum optimal. Selain
itu potensi lain yang kurang pemanfataannya adalah kawasan pegunungan karst
yang ada di Desa Gandu. Sebenarnya kawasan karst itu sangatlah berpotensi jika
akan dijadikan daerah wisata, tetapi pada kenyataannya keberadaanya tidak di
begitu diperdulikan. Kawasan karst tersebut hanya dibiarkan tanpa ada tindakan
khusus.
Bendungan
Goa Landak yang terletak di perbatasan
antara Desa Karanganyar, Desa Nglengkir dan Desa Karang dulunya memiliki
kedalaman sekitar 13 meter kini mengalami pendangkalan menjadi sekitar 3 meter.
Hal tersebut dikarenakan rusaknya pintu air yang tidak lagi berfungsi
sebagaimana mestinya, lumpur yang mengendap di bendungan tersebut tidak dapat
turun ke bak penampungan sehingga bendungan menjadi dangkal. Bendungan tersebut
hanya dapat mengalirkan air jika pada musim penghujan saja karena air meluap
dari batas pintu air yang ada, biasanya air tersebut digunakan untuk irigasi
sawah. Tetapi untuk masa kemarau seperti ini air tidak dapat digunakan. Para
petani mendapatkan air dari sumur-sumur bor yang dibangun di tengah sawah.
Desa Nglengkir memiliki sumber daya
air yang juga melimpah. Sumber air tersebut berada di dalam goa. Sumber air
tersebut berjarak 3 Km dari Desa Nglengkir yang berada di dalam gua yang terletak
pada pegunungan. Sumber air di goa tersebut
jika dialirkan ke seluruh rumah warga di Desa Nglengkir untuk kebutuhan
sehari-hari rasanya lebih dari cukup. Tetapi pada kenyataannya, mitos yang
masih di percayai oleh warga di Desa Nglengkir sangatlah kuat. Sebelum masa modern, warga
Desa Nglengkir pernah melakukan penyedotan sumber daya air tersebut untuk
dialiri keseluruh desa dan dimanfaatkan. Namun penyedotan tersebut dihentikan
karena adanya kepercayaan dari masyarakat sendiri apabila mengkonsumsi air tersebut
akan menimbulkan wabah penyakit. Atas alasan itulah
maka penduduk tidak berani untuk memanfaatkan potensi air tersebut, yang
sebenarnya desa ini mengalami masalah kekurangan air.
3.2.2
Penggunaan Lahan
Jumlah luas penggunaan lahan
Kecamatan Bogorejo adalah 7978,60 Ha. Fungsi kawasan kecamatan ini adalah
sebagai pertanian, industri dan pemukiman. Di desa-desa masih banyak lahan
kosong yang belum dimanfaatkan.
3.2.3
Populasi/Demografi
Permasalahan
kependudukan yang terdapat disetiap desa di Kecamatan Bogorejo hampir sama.
Rata-rata jumlah penduduk kelompok umur 20-24 tahun setiap desa terbilang
sedikit. Hal ini terjadi karena penduduk pada usia tersebut lebih memilih untuk
mengadu nasib di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Kondisi seperti
ini menyebabkan komposisi setiap desa menjadi tidak seimbang. Justru jumlah
penduduk usia 30-49 tahunlah yang tinggi. Hal ini tentu saja akan sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk di Kecamatan Bogorejo.
3.2.1
Ekonomi
Permasalahan ekonomi yang paling
nampak adalah tingkat ekonomi yang rendah. Tingkat ekonomi yang rendah
menyebabkan tingkat pendidikan yang rendah pula. Hal ini disebabkan bahwa warga
yang ada tidak dapat mengembangkan potensi yang ada serta tidak sedikit warga
yang terlilit hutang. Selain itu faktor yang mempengaruhi adalah banyaknya warga
yang memutuskan migrasi dari Bogorejo. Warga berusia produktif apabila memiliki
pendidikan yang cukup tinggi (SMA) lebih memilih meninggalkan Bogorejo dan
menuju ke kota seperti Surabaya, Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Sehingga
tingkat ketergantungan di Kecamatan Bogorejo tinggi karena warga yang berusia
lanjut lebih banyak daripada warga dengan usia produktif.
Pengetahuan yang terbatas membuat
warga Bogorejo kurang dapat memanfaatkan potensi yang ada di setiap desa. Tanah
pertanian yang subur justru tidak dapat menjadi ujung tombak perekonomian di
setiap desa di Bogorejo. Pengelolaan yang masih konvensional mengakibatkan
hasil panen yang kurang maksimal. Potensi hutan yang ada juga masih belum dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat.
3.2.2
Infrastruktur dan Fasilitas
Infrastruktur merupakan pendukung
utama berkembangnya aktivitas
perkotaan di suatu
wilayah. Tanpa
adanya ketiga hal tersebut akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Beberapa
permasalahan mengenai infratsruktur dan fasilitas di desa-desa yang yang ada di
Kecamatan Bogorejo adalah sebagai berikut.
·
Jalan
Kondisi jalan lokal di desa-desa
masih sangat buruk. Jalan yang ada berupa batu batu kerikil maupun kerakal yang
disusun menjadi jalan dengan topografi yang beragam. Kondisi jalan lingkungan
yang ada di Desa Tempurejo sudah beraspal namun di beberapa titik terjadi
kerusakan aspal. Desa Gandu memiliki kondisi infrastruktur jalan yang sudah
rusak. Selain itu kondisi jalan di desa ini juga cukup terjal sehingga semakin
menghambat pergerakan atau mobilisasi penduduk.
Desa Bogorejo yang merupakan ibukota
Kecamatan Bogorejo ini memiliki kualitas jalan lokal yang sudah beraspal dan
dalam kondisi yang baik. Jalan ini menghubungkan langsung Kecamatan Bogorejo
dengan Kecamatan Jepon. Di sisi lain, jalan lingkungan di desa ini memiliki
lebar jalan yang cukup memadai untuk dilewati 2 mobil secara bersamaan, tetapi
kondisinya masih tidak rata dan bergelombang. Desa Nglengkir merupakan desa
yang terletak di daerah yang cukup tinggi sehingga jalan-jalan yang ada di desa
ini cenderung menanjak. Kondisi ini hampir sama dengan kondisi jalan yang ada
di Desa Gandu tetapi diperparah dengan kondisinya yang berbatu.
Desa Karang dan Desa Karanganyar
memiliki kondisi infrastruktur yang hampir sama. Seperti kondisi jalan di kedua
desa ini tergolong rata tetapi juga masih berbatu namun tidak separah kondisi
jalan di Desa Nglengkir atau pun Desa Gandu. Desa Jurangjero merupakan desa
yang memiliki titik ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan desa-desa
lainnya yang ada di Kecamatan Bogorejo. Jalan di desa ini memiliki kelerengan
yang curam yaitu antara 15 – 40%. Meskipun pada sebagian jalan sudah dilakukan
betonisasi, tetapi di beberapa titik terdapat jalan yang terjal dan berbatu
kasar. Hal ini benar-benar menghambat mobilisasi penduduk.
·
Persampahan
Desa-desa yang ada di Bogorejo ini tidak
terdapat TPS yang seharusnya berfungsi untuk menampung sampah rumah tangga. Setiap
penduduk mengelola sampah rumah tangganya masing-masing dengan dikubur di
pekarangan rumah atau dengan dibakar. Pengelolaan sampah yang kurang
terkoordinir, menyebabkan di beberapa rumah penduduk terlihat sampah yang
dibuang begitu saja sehingga menimbulkan kesan yang kumuh pada lingkungan
sekitar.
·
Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas
dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur
khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan
airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Kondisi
drainase di Desa Gandu yang kurang mendapatkan perawatan sehingga tampak
kerusakan di beberapa bagian.
·
Listrik
Kondisi penerangan di setiap desa
hampir sama yaitu minimnya jumlah penerangan jalan terutama baik di jalan utama maupun
jalan lokal. Hal tersebut mengakibatkan selain akan mengganggu aktivitas pengguna
jalan, juga menimbulkan rawannya tindak kriminalitas terutama pada malam hari.
·
Air bersih
Dalam penggunaan air bersih,
sebagian penduduk menggunakan sumur sebagai air bersih sisanya menggunakan
Pamsimas. Beberapa desa memiliki sumur dan Pamsimas yang berasal dari dana
PNPM, namun ada pula sumur yang secara mandiri dibangun oleh penduduk untuk
memenuhi kebutuhannya. Di kecamatan ini tidak ada penduduk yang menggunakan PAM
karena memang PAM belum masuk ke kecamatan ini. Dalam hal penyediaan air
bersih, hanya ada 2 desa yang menggunakan Pamsimas yaitu Desa Tempurejo dan
Desa Sendangrejo. Pemanfaatan air bersih di Desa- desa Kecamatan Bogorejo ini
masih kurang optimal, disebabkan oleh kurangnya teknisi handal/SDM untuk
merancang sistem pengelolaan air.
·
Sanitasi
Masalah ketidak tersedianya MCK. Hal
ini sering ditemui pada desa-desa yang terbelakang di Bogorejo. Tidak adanya
MCK membuat warga terpaksa membuang air besar di sembarang tempat seperti
sungai dan lain sebagainya. Ada beberapa warga yan tidak memiliki MCK di dalam
rumahnya. Padahal MCK merupakan syarat utama untuk kesehatan. Ketiadaan MCK di
dalam rumah menyebabkan tingkat kesehatan warganya rendah. Selain itu, faktor
lain yang mempengaruhi adalah kuranganya tenaga medis dan kesadaran warga
sendiri.
3.2.6
Kelembagaan masyarakat
Permasalahan kelembagaan yang sangat
nampak dari setiap desa adalah tidak aktifnya lagi karang taruna. Hal ini
disebabkan karena rata-rata setelah lulus dari SMA pemuda di setiap desa di
Kecamatan Bogorejo justru
lebih memilih keluar kota untuk mencari pekerjaan. Akibatnya, masyarakat
Bogorejo sulit berkembang terutama untuk kaum muda yang masih menetap di
Bogorejo.
3.2.7
Aspek Sosial
Tahun ini, terdapat tiga desa yang
tidak mendapatkan dana PNPM. Hal ini terjadi karena partisipasi ketiga desa
dalam interaksi dalam kecamatan sangat kurang. Selain itu, keterbatasan
fasilitas umum juga menjadi masalah yang cukup serius. Kurang MCK menyebabkan
tingkat kesehatan masyarakat menjadi rendah. Sulitnya mendapatkan air sering
dirasakan ketika musim kemarau tiba, padahal di Bogorejo ini terdapat beberapa
sumber mata air.
Tingginya biaya pendidikan juga
menyebabkan taraf hidup masyarakat menjadi rendah. Pengetahuan yang sempit
menyulitkan masyarakat untuk mengembangkan wilayahnya. Dengan keterampilan yang
terbatas tersebut tidak sedikit penduduk yang bermigrasi ke kota besar hanya
bekerja sebagai kuli bangunan.
0 komentar:
Posting Komentar