Pages

Subscribe:

Labels

Senin, 16 Juli 2012

PERMASALAHAN KECAMATAN BOGOREJO


3.2     Permasalahan Kecamatan Bogorejo
3.2.1      Fisik dan Sumberdaya Alam
Potensi hutan jati yang ada di Desa Gayam yang cukup luas yaitu sekitar 2700 Ha dimanfaatkan oleh Dinas Perhutani dengan mengambil hasil blok kayu jati sedangkan ranting dari pohon jati di manfaatkan oleh warga sekitar hutan jati. Namun pemanfaatan hutan jati tersebut belum optimal. Selain itu potensi lain yang kurang pemanfataannya adalah kawasan pegunungan karst yang ada di Desa Gandu. Sebenarnya kawasan karst itu sangatlah berpotensi jika akan dijadikan daerah wisata, tetapi pada kenyataannya keberadaanya tidak di begitu diperdulikan. Kawasan karst tersebut hanya dibiarkan tanpa ada tindakan khusus.
Bendungan Goa Landak yang  terletak di perbatasan antara Desa Karanganyar, Desa Nglengkir dan Desa Karang dulunya memiliki kedalaman sekitar 13 meter kini mengalami pendangkalan menjadi sekitar 3 meter. Hal tersebut dikarenakan rusaknya pintu air yang tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya, lumpur yang mengendap di bendungan tersebut tidak dapat turun ke bak penampungan sehingga bendungan menjadi dangkal. Bendungan tersebut hanya dapat mengalirkan air jika pada musim penghujan saja karena air meluap dari batas pintu air yang ada, biasanya air tersebut digunakan untuk irigasi sawah. Tetapi untuk masa kemarau seperti ini air tidak dapat digunakan. Para petani mendapatkan air dari sumur-sumur bor yang dibangun di tengah sawah.
Desa Nglengkir memiliki sumber daya air yang juga melimpah. Sumber air tersebut berada di dalam goa. Sumber air tersebut berjarak 3 Km dari Desa Nglengkir yang berada di dalam gua yang terletak pada pegunungan. Sumber air di goa tersebut jika dialirkan ke seluruh rumah warga di Desa Nglengkir untuk kebutuhan sehari-hari rasanya lebih dari cukup. Tetapi pada kenyataannya, mitos yang masih di percayai oleh warga di Desa Nglengkir sangatlah kuat. Sebelum masa modern, warga Desa Nglengkir pernah melakukan penyedotan sumber daya air tersebut untuk dialiri keseluruh desa dan dimanfaatkan. Namun penyedotan tersebut dihentikan karena adanya kepercayaan dari masyarakat sendiri apabila mengkonsumsi air tersebut akan menimbulkan wabah penyakit. Atas alasan itulah maka penduduk tidak berani untuk memanfaatkan potensi air tersebut, yang sebenarnya desa ini mengalami masalah kekurangan air.
3.2.2     Penggunaan Lahan
Jumlah luas penggunaan lahan Kecamatan Bogorejo adalah 7978,60 Ha. Fungsi kawasan kecamatan ini adalah sebagai pertanian, industri dan pemukiman. Di desa-desa masih banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan.
3.2.3     Populasi/Demografi

 
Permasalahan kependudukan yang terdapat disetiap desa di Kecamatan Bogorejo hampir sama. Rata-rata jumlah penduduk kelompok umur 20-24 tahun setiap desa terbilang sedikit. Hal ini terjadi karena penduduk pada usia tersebut lebih memilih untuk mengadu nasib di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Kondisi seperti ini menyebabkan komposisi setiap desa menjadi tidak seimbang. Justru jumlah penduduk usia 30-49 tahunlah yang tinggi. Hal ini tentu saja akan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk di Kecamatan Bogorejo.
3.2.1      Ekonomi
Permasalahan ekonomi yang paling nampak adalah tingkat ekonomi yang rendah. Tingkat ekonomi yang rendah menyebabkan tingkat pendidikan yang rendah pula. Hal ini disebabkan bahwa warga yang ada tidak dapat mengembangkan potensi yang ada serta tidak sedikit warga yang terlilit hutang. Selain itu faktor yang mempengaruhi adalah banyaknya warga yang memutuskan migrasi dari Bogorejo. Warga berusia produktif apabila memiliki pendidikan yang cukup tinggi (SMA) lebih memilih meninggalkan Bogorejo dan menuju ke kota seperti Surabaya, Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Sehingga tingkat ketergantungan di Kecamatan Bogorejo tinggi karena warga yang berusia lanjut lebih banyak daripada warga dengan usia produktif.
Pengetahuan yang terbatas membuat warga Bogorejo kurang dapat memanfaatkan potensi yang ada di setiap desa. Tanah pertanian yang subur justru tidak dapat menjadi ujung tombak perekonomian di setiap desa di Bogorejo. Pengelolaan yang masih konvensional mengakibatkan hasil panen yang kurang maksimal. Potensi hutan yang ada juga masih belum dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
3.2.2     Infrastruktur dan Fasilitas
Infrastruktur merupakan pendukung utama berkembangnya aktivitas perkotaan di suatu wilayah. Tanpa adanya ketiga hal tersebut akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Beberapa permasalahan mengenai infratsruktur dan fasilitas di desa-desa yang yang ada di Kecamatan Bogorejo adalah sebagai berikut.
·                Jalan
Kondisi jalan lokal di desa-desa masih sangat buruk. Jalan yang ada berupa batu batu kerikil maupun kerakal yang disusun menjadi jalan dengan topografi yang beragam. Kondisi jalan lingkungan yang ada di Desa Tempurejo sudah beraspal namun di beberapa titik terjadi kerusakan aspal. Desa Gandu memiliki kondisi infrastruktur jalan yang sudah rusak. Selain itu kondisi jalan di desa ini juga cukup terjal sehingga semakin menghambat pergerakan atau mobilisasi penduduk.
Desa Bogorejo yang merupakan ibukota Kecamatan Bogorejo ini memiliki kualitas jalan lokal yang sudah beraspal dan dalam kondisi yang baik. Jalan ini menghubungkan langsung Kecamatan Bogorejo dengan Kecamatan Jepon. Di sisi lain, jalan lingkungan di desa ini memiliki lebar jalan yang cukup memadai untuk dilewati 2 mobil secara bersamaan, tetapi kondisinya masih tidak rata dan bergelombang. Desa Nglengkir merupakan desa yang terletak di daerah yang cukup tinggi sehingga jalan-jalan yang ada di desa ini cenderung menanjak. Kondisi ini hampir sama dengan kondisi jalan yang ada di Desa Gandu tetapi diperparah dengan kondisinya yang berbatu.
Desa Karang dan Desa Karanganyar memiliki kondisi infrastruktur yang hampir sama. Seperti kondisi jalan di kedua desa ini tergolong rata tetapi juga masih berbatu namun tidak separah kondisi jalan di Desa Nglengkir atau pun Desa Gandu. Desa Jurangjero merupakan desa yang memiliki titik ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang ada di Kecamatan Bogorejo. Jalan di desa ini memiliki kelerengan yang curam yaitu antara 15 – 40%. Meskipun pada sebagian jalan sudah dilakukan betonisasi, tetapi di beberapa titik terdapat jalan yang terjal dan berbatu kasar. Hal ini benar-benar menghambat mobilisasi penduduk.
·                Persampahan
Desa-desa yang ada di Bogorejo ini tidak terdapat TPS yang seharusnya berfungsi untuk menampung sampah rumah tangga. Setiap penduduk mengelola sampah rumah tangganya masing-masing dengan dikubur di pekarangan rumah atau dengan dibakar. Pengelolaan sampah yang kurang terkoordinir, menyebabkan di beberapa rumah penduduk terlihat sampah yang dibuang begitu saja sehingga menimbulkan kesan yang kumuh pada lingkungan sekitar.
·                Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Kondisi drainase di Desa Gandu yang kurang mendapatkan perawatan sehingga tampak kerusakan di beberapa bagian.
·                Listrik
Kondisi penerangan di setiap desa hampir sama yaitu minimnya jumlah penerangan jalan terutama baik di jalan utama maupun jalan lokal. Hal tersebut mengakibatkan selain akan mengganggu aktivitas pengguna jalan, juga menimbulkan rawannya tindak kriminalitas terutama pada malam hari.
·                Air bersih
Dalam penggunaan air bersih, sebagian penduduk menggunakan sumur sebagai air bersih sisanya menggunakan Pamsimas. Beberapa desa memiliki sumur dan Pamsimas yang berasal dari dana PNPM, namun ada pula sumur yang secara mandiri dibangun oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhannya. Di kecamatan ini tidak ada penduduk yang menggunakan PAM karena memang PAM belum masuk ke kecamatan ini. Dalam hal penyediaan air bersih, hanya ada 2 desa yang menggunakan Pamsimas yaitu Desa Tempurejo dan Desa Sendangrejo. Pemanfaatan air bersih di Desa- desa Kecamatan Bogorejo ini masih kurang optimal, disebabkan oleh kurangnya teknisi handal/SDM untuk merancang sistem pengelolaan air.
·                Sanitasi
Masalah ketidak tersedianya MCK. Hal ini sering ditemui pada desa-desa yang terbelakang di Bogorejo. Tidak adanya MCK membuat warga terpaksa membuang air besar di sembarang tempat seperti sungai dan lain sebagainya. Ada beberapa warga yan tidak memiliki MCK di dalam rumahnya. Padahal MCK merupakan syarat utama untuk kesehatan. Ketiadaan MCK di dalam rumah menyebabkan tingkat kesehatan warganya rendah. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah kuranganya tenaga medis dan kesadaran warga sendiri.
3.2.6    Kelembagaan masyarakat
Permasalahan kelembagaan yang sangat nampak dari setiap desa adalah tidak aktifnya lagi karang taruna. Hal ini disebabkan karena rata-rata setelah lulus dari SMA pemuda di setiap desa di Kecamatan Bogorejo justru lebih memilih keluar kota untuk mencari pekerjaan. Akibatnya, masyarakat Bogorejo sulit berkembang terutama untuk kaum muda yang masih menetap di Bogorejo.
3.2.7     Aspek Sosial
Tahun ini, terdapat tiga desa yang tidak mendapatkan dana PNPM. Hal ini terjadi karena partisipasi ketiga desa dalam interaksi dalam kecamatan sangat kurang. Selain itu, keterbatasan fasilitas umum juga menjadi masalah yang cukup serius. Kurang MCK menyebabkan tingkat kesehatan masyarakat menjadi rendah. Sulitnya mendapatkan air sering dirasakan ketika musim kemarau tiba, padahal di Bogorejo ini terdapat beberapa sumber mata air.
Tingginya biaya pendidikan juga menyebabkan taraf hidup masyarakat menjadi rendah. Pengetahuan yang sempit menyulitkan masyarakat untuk mengembangkan wilayahnya. Dengan keterampilan yang terbatas tersebut tidak sedikit penduduk yang bermigrasi ke kota besar hanya bekerja sebagai kuli bangunan.

0 komentar:

Posting Komentar