3.1 Penstrukturan Permasalahan
Masalah agregat dari
permasalahan di Kecamatan Bogorejo yaitu hambatan sektoral dalam berbagai aspek
pembangunan. Aspek pembangunan yang
dimaksud yaitu pembangunan desa di Kecamatan Bogorejo maupun pembangunan
pertaniannya. Masalah agregat tersebut diperoleh dari berbagai masalah sektoral
yaitu dalam aspek sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, infrastruktur, kelembagaan dan aspek sosial.
Pada aspek sumberdaya alam masih terdapat masalah yaitu
masih adanya potensi hutan jati yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Mayoritas pekerjaan penduduk di Kecamatan Bogorejo masih didominasi dengan bertani
tanaman pokok seperti padi. Tidak adanya inovasi dari masyarakat untuk
mengembangkan sektor ekonomi baru berupa agroindustri yang berupa “mebel”
membuat sektor ekonomi berkutat pada pertanian saja. Kurangnya modal untuk
membeli alat-alat produksi industri mebel juga menjadi kendala yang berarti
untuk mengembangkan sektor ekonomi agroindustri. Tidak adanya inisiatif dalam
mengembangkan sektor ekonomi agroindustri juga dipengaruhi oleh kurangnya
keterampilan dalam membuat mebel dan kurangnya penyuluhan mengenai pengembangan
industri mebel. Kurangnya pengembangan kelembagaan agroindustri baru juga
menjadi penghambat dalam pengembangan sektor ekonomi baru, karena apabila telah
terbentuk kelembagaan dalam pengembangan industri mebel maka akan terdapat kepastian
dan peran yang jelas dalam melakukan kegiatan industri mebel. Kurang mantabnya
aspek kelembagaan sektor ekonomi agroindustri ini juga disebabkan oleh arah
kebijakan pemerintah yang kurang intensif dalam mengembangkan industri mebel.
Saat ini hutan jati yang ada dikelola oleh PERHUTANI yang memilki beberapa
kelembagaan dibawahnya seperti Bagian Kesatuan Pemangku Hutan, Resort
Pemangkuan Hutan, Petak Pengawasan dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Pada lembaga-lembaga tersebut sudah terdapat aktivitas ekonomi namun belum
melibatkan secara optimal peran serta masyarakat. Saat ini pelaku ekonomi
kehutanan masih berada pada Desa Nglengkir, Desa Gayam, Desa Sendangrejo dan
Desa Gandu. Hasil pengembangan sektor ekonomi hutan tersebut akan lebih berkembang
apabila melibatkan lebih banyak masyarakat untuk berkarya pada sektor
agroindustri mebel.
Pada aspek infrastruktur
juga masih terdapat berbagai permasalahan diantarnya yaitu pada beberapa
buruknya kualitas jalan yang menghubungkan antar desa dan tidak adanya
penerangan jalan yang memadai. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pemerataan
pembangunan fisik pada Kecamatan Bogorejo. Lambatnya pembangunan pada daerah
ini disebabkan oleh terkonsentrasinya pembangunan di pusat Kota Blora. Kurang
menariknya pembangunan didaerah pinggiran seperti Bogorejo secara ekonomi
membuat arah kebijakan pembangunan terpusat di pusat Kota Blora. Tingkat
pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat membuat daerah Bogorejo kurang menarik
bagi pemerintah Blora dikembangkan infrastrukur dibandingakan dengan daerah
lain yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Pada aspek sumberdaya
manusia terdapat masalah sektoral yaitu terjadinya kebocoran (leakage)
sumberdaya manusia dalam hal ini adalah tenaga kerja usia produktif. Rendahnya
kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian menyebabkan kurang
berkembangnya agribisnis dan agroindustri pada wilayah Bogorejo. Kurang
efisiensinya dalam pemanfaatan ruang juga menjadi menjadi faktor penghambat
pertumbuhan ekonomi karena dalam pemanfaatan ruang yang didominasi oleh sektor
pertanian maka lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi terbatas. Apabila
terdapat inovasi dalam agroindustri maka dengan luasan yang sama dapat
menampung lebih banyak jumlah pekerja. Tidak seimbangnya antara jumlah lapangan
pekerjaan dengan jumlah angkatan pencari kerja juga menjadi masalah yang harus
dipikirkan oleh Pemerintah Blora. Lingkup pekerja yang terbatas menjadi kurang
menjanjikannya lapangan pekerjaan yang ada didesa. Hal ini mengakibatkan
banyaknya usia produktif yang melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan yang
lebih layak pada kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Dengan
fenomena migrasi penduduk pada usia produktif ini menyebabkan karang taruna
pada tiap desa kurang berkembang dan bahkan hampir mati karena muda-mudinya
telah keluar wilayah Bogorejo untuk mencari pekerjaan.
Permasalahan dalam
penyediaan air bersih juga menjadi masalah yang krusial pada Kecamatan
Bogorejo. Penyediaan air ini meliputi untuk kebutuhan sehari-hari seperti MCK
maupun untuk irigasi pertanian. Tidak meratanya distribusi air ke pemukiman
penduduk juga dirasakan pada beberapa desa di Bogorejo. Berawal dari minimnya
pendapatan masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan hidup mengakibatkan
sulitnya pengumpulan kas desa untuk pembangunan desa. Kas desa yang
terkumpulpun sangat minim untuk mengadakan sistem pendistribusian yang baik.
Karena minimnya anggaran dana untuk mengadakan sistem pendistribusian air
mengakibatkan distribusi air tidak merata ke semua penduduk karena kurang
terpasangnya pipa air ke setiap rumah penduduk. Selain itu masih terdapat
permasalahan dalam perawatan instalasi pipa juga merupakan permasalahan dalam
pendistribusian air karena terdapat kebocoran pada beberapa pipa. Selain itu
kurangnya teknisi handal untuk merancang sistem pengelolaan air menyebabkan
kurang adanya pioneer/ penggagas awal
dalam pengelolaan sumber air. Serta kurang adanya koordinasi antar warga dalam
pengelolaan sumber air juga menjadi penyebab dalam krisis air bersih pada
beberapa desa di Bogorejo. Padahal pada Desa Nglenkir terdapat sumber air yang
melimpah yang berada pada sebuah gua pada gunung. Namun sumber air ini belum
dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan.
Pada aspek sosial juga masih
terdapat permasalahan diantaranya yaitu rendahnya standar kehidupan sosial. Rendahnya
standar kehidupan sosial ini ditunjukkan pada kebiasaan hidup masyarakat yang
tidak sehat. Tingkat kesadaran terhadap kesehatan masyarakat yang rendah dan
kurangnya perhatian pemerintah tentang pola hidup bersih dan sehat menjadi
penyebab kebiasaan pola hidup masyarakat yang kurang sehat. Selain masalah
kesehatan dan pola hidup masyarakat Bogorejo terdapat masalah sosial lainnya
yaitu masalah masih banyaknya penduduk yang buta aksara. Tingginya biaya
pendidikan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
menyebabkan masyarakat enggan mengenyam pendidikan.
Pada aspek pertanian masih
terdapat permasalahan terkait dengan sistem pertanian yang subsisten yang tidak
menjual sebagian hasil panen sebagai modal usaha. Berawal dari kurang handalnya
sistem informasi pertanian menyebabkan kurangnya interaksi/sharing antar petani
tentang inovasi teknologi pertanian. Selain itu juga terbatasnya akses
informasi pertanian yang masuk dan rendahnya tingkat profesionalisme penyuluh
pertanian menyebabkan tingkat pengetahuan petani terhadap pertanian rendah.
Rendahnya tingkat pengetahuan petani menyebabkan alura berpikir petani
konvensional. Pola pikir petani yang konvensional tersebut mengakibatkan
teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana dan sulitnya petani untuk
menerima inovasi teknologi pertanian modern. Hal ini akan mengakibatkan
produksi pertanian yang dihasilkan rendah.
Masalah agregat wilayah
Bogorejo yaitu hambatan sektoral dalam berbagai aspek pembangunan dalam aspek
perdesaan maupun pertanian mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat,
berkurangnya faktor produksi tenaga kerja, masih banyaknya sumberdaya alam yang
terbengkalai, menurunnya taraf hidup masyarakat dan tingginya ketergantungan
petani terhadap lembaga perkreditan. Berbagai permasalahan ini akan
mengakibatkan dampak langsung yaitu lambatnya
dinamika pengembangan wilayah Bogorejo yang akan berakibat pada tidak memiliki daya saing wilayah Bogorejo
dengan wilayah lain. Pada dampak tidak langsung akan mengakibatkan pada tidak
menariknya untuk investasi dan pada dampak panjang akan memperparah problema kemiskinan.
0 komentar:
Posting Komentar