Pages

Subscribe:

Labels

Senin, 16 Juli 2012

LATAR BELAKANG

1.1.  Latar Belakang
Wilayah perbatasan identik dengan ketertinggalan. Lokasinya yang berada pada batas 2 wilayah yang lebih besar atau lebih ini sangat sarat dengan ekonomi yang lemah, taraf hidup yang rendah, lingkungan yang terpencil dan juga sarat dengan masalah-masalah fisik maupun non-fisik lain. Kurangnya perhatian dari pemerintah pusat menjadi faktor utama akan ketertinggalan wilayah perbatasan. Pembangunan yang lambat menjadi penghambat dalam pengembangan wilayah.

Peta Kecamatan Menyusul

Bogorejo merupakan suatu kecamatan yang terletak di wilayah perbatasan. Kecamatan yang terletak diantara dua provinsi ini (Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur) merupakan wilayah perbatasan yang memiliki potensi alam yang luar biasa. Kecamatan yang berpenduduk lebih dari 23.000 jiwa ini berada pada pegunungan kapur yang membentang dari Kabupaten Blora hingga Kabupaten Tuban. Kondisi demikian menjadikan Kecamatan Bogorejo ini jalur alternatif dalam distribusi pertambangan kapur dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dan juga sebaliknya.
Lahan pertanian yang ada juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Lahan seluas kurang lebih 1.300 Ha ini memiliki komoditas utama berupa padi, jagung, dan cabai. Selain pertanian, terdapat pula hutan jati yang cukup luas dimana hutan jati ini milik Perhutani BKPH Kebunharjo. Tidak hanya itu, Kecamatan Bogorejo juga memilik sumber mata air yang dapat digunakan warga untuk irigasi sawah.
Pembangunan ekonomi Desa Bogorejo yang mengalami perubahan struktur ruang yang melibatkan sebuah kawasan ekonomi yang baru tumbuh dengan tingkat pendapatan perkapita yang awalnya relatif rendah. Namun data kepadatan penduduk dapat menjadi tolok ukur perubahan struktur spasial yang artinya pertumbuhan ekonomi mendorong pertumbuhan penduduk. Hal ini dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dipusat wilayah (Desa Bogorejo) dan menurun seiring dengan menjauhnya dari pusat wilayah.
Pada wilayah diluar pusat pertumbuhan, juga terjadi pertumbuhan ekonomi namun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih lambat. Hal ini dapat ditunjukkan terdapatnya kawasan komersial pada beberapa desa seperti Desa Sendangrejo, Desa Karang dan Desa Gayam. Pertumbuhan ekonomi di bagian non-metropolis ini dapat disebabkan oleh penetesan pertumbuhan ekonomi (trickling down effect) ke wilayah sekitar.   Kemungkinan kedua adalah wilayah dengan pertumbuhan yang awalnya terjadi dibagian non-metropolis Bogorejo, yang kemudian menciptakan stimulus untuk bagian metropolis (Desa Bogorejo). Perkembangan kegiatan pertanian dan kegiatan berbasis sumberdaya alam dibagian non-metropolis menciptakan permintaan terhadapat barang dan jasa yang hanya ada di bagian metropolis (Desa Bogorejo). Barang dan jasa ini mencakup berbagai kebutuhan seperti perbankan, keuangan, grosir, dan jasa berorientasi konsumen.
Kecamatan Bogorejo memiliki potensi alam yang luar biasa, oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi dan meminimalkan masalah yang ada. Adanya rekomendasi untuk perencanaan di Desa Bandengan diharapkan dapat mewujudkan tujuan di atas.
Kedudukan laporan akhir ini di dalam kerangka perencanaan yaitu sebagai usulan penanganan masalah untuk kondisi sekarang dan di masa yang akan datang beserta rekomendasi untuk pembuat keputusan dalam jangka waktu pendek, menengah, hingga panjang. Dalam kerangka proses perencanaan ideal, laporan akhir ini masih terbatas pada tahap perencanaan implementasi, dimana hal tersebut diwujudkan dalam rekomendasi yang ditujukan kepada stakeholder yang paling memiliki andil dalam pencapaian tujuan yang dimaksud.

0 komentar:

Posting Komentar