Pages

Subscribe:

Labels

Senin, 16 Juli 2012

POTENSI KECAMATAN BOGOREJO

3.1      Potensi Kecamatan Bogorejo
Kecamatan Bogorejo terletak pada pegunungan kapur di sebelah timur laut Kabupaten Blora. Pegunungan kapur ini membentang hingga Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Lokasinya yang berada pada perbatasan dua provinsi, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, membuat Kecamatan Bogorejo ini sering digunakan truk-truk pengangkut kapur sebagai jalur alternatif distribusi pertambangan.
Selain pertambangan, terdapat pula hutan jati milik Perhutani yang terletak pada Desa Gayam. Hutan jati ini merupakan sub bagian dari Perhutani Kebunharjo. Pihak Perhutani dan penduduk Desa Gayam bersama-sama mengembangkan potensi hutan, selain untuk meningkatkan produksi daerah juga untuk menyejahterakan penduduk setempat.
Secara keseluruhan atau secara umum Kecamatan Bogorejo memiliki potensi baik secara alam maupun secara kebudayaan. Potensi yang ada antara lain:
  1. Potensi sumber daya air baik dari gua di Desa Nglengkir maupun bendungan di Desa Karang.
  2. Potensi lahan pertanian yang subur. Produksi pertanian yang utama di Kecamatan Bogorejo adalah padi, palawija dan cabai merah. Produksi tersebut ada yang digunakan untuk keperluan sehari-hari namun ada pula yang dijual
  3. Sumber daya alam berupa pengolahan batu gamping dan batu marmer di Desa Nglengkir
  4. Kebudayaan yang masih terjaga dan perlu dilestarikan serta dapat dijadikan identitas di tingkat nasional dan menjadi daya tarik pengunjung diseluruh desa pada Kecamatan Bogorejo 
  5. Potensi hutan lindung yang dapat dijadikan sebagai paru-paru kota dan bumi perkemahan di Desa Sendangrejo
  6. Mulai tumbuhnya sektor non pertanian berupa perdagangan dan jasa dan industri sebagai mesin yang mendukung sektor basis pertanian di Desa Bogorejo, Desa Karang dan Desa Sendangrejo
  7. Semakin berkembangnya pertumbuhan penduduk di wilayah perdesaan Bogorejo mempengaruhi jumlah penduduk yang menganut agama islam. Mayoritas penduduk di Kecamatan Bogorejo 90% memeluk agama islam, hal ini berpotensi meningkatkan kualitas serta kuantitas kelembagaan agama islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin berkembangnya pembangunan masjid dan mushola di wilayah perdesaan Bogorejo. Hampir diseluruh wilayah Bogorejo memiliki masjid dan mushola.
3.2.1      Fisik dan Sumberdaya Alam
Potensi sumberdaya alam yang ada berkaitan dengan ketersediaan air. Ketersediaan air yang dimaksud adalah adanya sumber mata air yang melimpah yang tersebar di beberapa desa, sumber air tersebut sebagian besar digunakan untuk irigasi sawah.
Desa Gayam merupakan salah satu desa yang memiliki sumber mata air, mata air tersebut berasal dari tengah hutan dimana mata air tersebut dibendung lalu dialirkan ke sawah sebagai irigasi dengan sistem buka tutup. Sistem buka tutup yaitu dengan membuka pintu besi jika ingin mengalirkan air untuk irigasi dan menutup pintu besi jika tidak digunakan lalu air tersebut mengalir ke selokan sebagai aliran air dari mata air.
Selain potensi sumber daya air, desa ini juga memiliki potensi yang hutan jati yang cukup luas yaitu sekitar 2700 Ha. Hutan jati tersebut dimiliki oleh Dinas Perhutani dari 3 administrasi wilayah yaitu Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang. Hasil balok kayu jati dimanfaatkan oleh Dinas Perhutani sedangkan ranting dari pohon jati di manfaatkan oleh warga sekitar hutan jati. Dahulu pohon jati yang ada disana sering dicuri oleh warga sekitar. Hal tersebut dikarenakan masyarakat kurang peduli dengan keberadaan hutan tersebut. Oleh sebab itu, sering dilakukan adanya sosialisasi akan pentingnya keberadaan hutan jati. Alhasil sekarang pencurian terhadap hutan jati mulai berkurang.
Selanjutnya adalah bendungan Goa Landak. Bendungan tersebut terletak di perbatasan antara Desa Karanganyar, Desa Nglengkir dan Desa Karang. Bendungan yang dulunya memiliki kedalaman sekitar 13 meter kini mengalami pendangkalan menjadi sekitar 3 meter. Hal tersebut dikarenakan rusaknya pintu air yang tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya, lumpur yang mengendap di bendungan tersebut tidak dapat turun ke bak penampungan sehingga bendungan menjadi dangkal. Bendungan tersebut hanya dapat mengalirkan air jika pada musim penghujan saja karena air meluap dari batas pintu air yang ada, biasanya air tersebut digunakan untuk irigasi sawah. Tetapi untuk masa kemarau air tidak dapat digunakan. Para petani mendapatkan air dari sumur-sumur bor yang dibangun di tengah sawah. Mereka menyiram air dengan cara tradisional yaitu dengan cara menyiraminya satu per satu.
Desa Nglengkir memiliki sumber daya air yang juga melimpah. Sumber air tersebut berada di dalam goa. Sumber air tersebut berjarak 3 km dari Desa Nglengkir yang berada di dalam goa yang terletak pada pegunungan. Sumber air tersebut, mampu memenuhi kebutuhan air bersih di desa tersebut.
Potensi lain adalah adanya kawasan pegunungan karst. Kawasan karst merupakan kawasan batuan karbonat yang memperlihatkan bentuk lapisan karst. Kawasan karst tersebut berada  di sepanjang jalan di Desa Gandu di sisi kanan dan kirinya. Desa Gandu memiliki topografi sebesar 15-40% dengan ketinggian sekitar 400 m di atas permukaan laut di mana daerah tersebut merupakan daerah pegunungan.
3.2.2     Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Bogorejo terbagi menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan perdagangan, pemukiman, tegalan, hutan jati, dan sawah. Penggunaan lahan untuk pemukiman paling luas berada di Desa Tempurejo. Hal ini didukung oleh topografi Desa Tempurejo yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah datar. Selain itu Desa Tempurejo memiliki jenis tanah mediterania yang tidak cocok untuk lahan pertanian sehingga penggunaan lahannya lebih dialokasikan untuk pemukiman.
Jika dilihat lebih luas, sebagian besar penggunaan lahan di Kecamatan Bogorejo digunakan untuk lahan pertanian. Komoditas utama pertanian di Kecamatan Bogorejo adalah cabai merah, padi, dan palawija. Selain digunakan untuk lahan pertanian, penggunaan lahan di Kecamatan Bogorejo khususnya di jalan utama Desa Bogorejo berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa.
3.2.3     Populasi/Demografi
Berdasarkan data penduduk menurut mata pencaharian Kecamatan Bogorejo tahun 2010, Kecamatan Bogorejo memiliki jumlah penduduk yang sebagian besar yaitu sekitar 80% dari jumlah penduduk kecamatan ini berprofesi sebagai petani. Hal ini akan berpotensi sebagai penggerak ekonomi utama Kecamatan Bogorejo.  Selain itu, sekitar 90% dari jumlah penduduk Kecamatan Bogorejo memeluk agama islam. Hal ini tentu akan berpotensi akan terbentuknya kelembagaan/organisasi islam. Kondisi ini telah terbukti dengan perkembangan pembangunan fasilitas masjid maupun mushola yang sangat pesat. Acara-acara keagamaan pun semakin tumbuh berupa pengajian.  
3.2.4    Ekonomi
Desa Bogorejo, awalnya desa ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Aktivitas ekonomi yang dominan pada wilayah perdesaan Bogorejo yaitu sektor pertanian. Subsektor yang paling berkembang yaitu tanaman dan peternakan. Potensi pertanian tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bogorejo, baik pelayanan yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan sosial ekonomi lainnya sehingga masyarakat setempat tidak harus menuju ke kota untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Dengan demikian akan tercipta pusat-pusat pelayanan baru seperti di Desa Bogorejo, Karang dan Sendangrejo.  
Selain potensi pertanian, mulai tumbuhnya sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri kecil, kawasan komersial, perdagangan dan jasa menyebabkan perubahan struktur ruang yang sebagian beralih fungsi menjadi kawasan perkotaan.
Perkembangan kegiatan pertanian dan kegiatan berbasis sumberdaya alam dibagian non-metropolis menciptakan permintaan terhadap barang dan jasa yang hanya ada di bagian metropolis (Desa Bogorejo). Barang dan jasa ini mencakup berbagai kebutuhan seperti perbankan, keuangan, grosir, dan jasa berorientasi konsumen.
3.2.5     Infrastruktur dan Fasilitas
Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu syarat tercapainya tujuan pembangunan, terutama pembangunan ekonomi. Infrastruktur yang baik menciptakan akses yang lebih murah kepada masyarakat perdesaan Bogorejo baik berupa akses transportasi, komunikasi maupun energi. Ada tiga manfaat kebeadaan infrastruktur bagi wilayah perdesaan Bogorejo. Pertama, penyediaan infrastruktur dapat membantu masyarakat perdesaan Bogorejo untuk memiliki lokasi yang lebih baik, memungkinkan kelompok miskin mendapatkan fasilitas yang lebih baik, dan meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan sosial politik. Kedua, infrastruktur yang baik dapat meningkatkan modal sosial. Kemiskinan mungkin terjadi akibat tingkah laku dan mentalitas, sehingga dengan infastruktur yang memadai dapat diciptakan hubungan diantara komunitas-komunitas yang terisolasi dan masyarakat yang lainnya dapat meningkatkan produktivitas. Ketiga, ketersediaan infrastruktur mengurangi biaya ekonomi yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan daya saing (competitiveness) masyarakat diwilayah yang bersangkutan.
Selain infrastruktur yang bersifat fisik, keberadaan infrastruktur ekonomi, pendidikan, dan kesehatan juga dapat menjadi ukuran kemajuan wilayah perdesaan Bogorejo. Investasi untuk infrastuktur yang bersifat hard seperti infrastruktur pertanian, jalan, telekomunikasi, kelistrikan, irigasi mempunyai peranan penting dalam memajukan produksi pertanian perdesaan Bogorejo, dan juga memfasilitasi tumbuhnya infrastruktur yang bersifat soft. Sedangkan, infrastruktur yang bersifat soft (jasa transportasi, keuangan, distribusi, dan pemasaran hewan ternak dan produk-produk pertanian) juga sangat berperan penting dalam pembangunan perdesaan Bogorejo. Manfaat pengembangan infrastruktur yang soft antara lain adalah meningkatnya akses dalam berbagai macam jasa dan pelayanan.
Keberadaan lembaga-lembaga ekonomi dan ketersediaan jasa di perdesaan Bogorejo memberikan gambaran tingkat keberhasilan pembangunan di perdesaan. Keberadaan infrastruktur ekonomi seperti pasar menjamin terjadinya transaksi jual beli (perdagangan) antar sektor ekonomi di perdesaan Bogorejo yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kemudahan akses masyarakat terhadap barang dan jasa. Infrastruktur fisik pendidikan dan kesehatan juga diperlukan dalam menjamin terciptanya sumberdaya manusia yang memadai karena diyakini akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan sangat penting dalam proses pembangunan jangka panjang.
Seluruh jenis infrastruktur tersebut adalah prasyarat sekaligus indikator keberhasilan pembengunan perdesaan. Dengan demikian, keberadaan infrastruktur tersebut dapat digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan perdesaan. Dibawah ini adalah indikator pembangunan infrastruktur perdesaan Bogorejo secara lebih detail.
Jalan utama di Kecamatan Bogorejo seperti Jalan Raya Jatirogo sering dilewati berbagai jenis kendaraan, baik kendaraan yang mendistribusikan barang maupun penduduk setempat yang beraktivitas. Jalan yang juga berperan sebagai jalur akses utama desa ini juga dilalui transportasi umum telah dilalui oleh trayek angkutan umum, sehingga pergerakan penduduk semakin mudah.
Rata-rata sistem drainase Kecamatan Bogorejo merupakan sistem drainase terbuka sehingga lebih memudahkan dalam hal perawatan. Apabila dilakukan secara berkala, maka aliran air di wilayah ini juga akan lancar.
Sumber air bersih Kecamatan Bogorejo berasal dari sumur dan Pamsimas. Penggunaan Pamsimas hanya ada di 2 desa yaitu Desa Tempurejo dan Desa Sendangrejo. Penggunaan sumur di desa-desa selain kedua desa di atas karena wilayah-wilayah tersebut mudah dalam mendapatkan air tanah bersih yang terletak tidak terlalu dalam.
Prasarana listrik di Kecamatan Bogorejo seluruhnya telah terlayani oleh PLN dengan daya rata-rata 450 watt hingga 900 watt. Hal ini akan sangat mendukung kegiatan perekonomian seperti perdagangan dan industri serta aktivitas penduduk sehari-hari juga dapat berjalan lancar.
Fasilitas yang ada di desa-desa Kecamatan Bogorejo ini sudah mencukupi kebutuhan penduduk. Fasilitas yang tersedia seperti fasilitas pendidikan berupa gedung sekolah PAUD, TK, Sekolah Dasar, hingga gedung SMA. Selain fasilitas pendidikan ada pula fasilitas kesehatan berupa puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan. Fasilitas lainnya seperti fasilitas peribadatan serta perdagangan dan jasa juga ada di kecamatan ini.
Desa yang paling banyak memiliki fasilitas pendukung aktivitas penduduk yaitu Desa Bogorejo. Di desa ini terdapat gedung sekolah, masjid, puskesmas, kantor pos, pasar, dan pertokoan. Hal ini disebabkan oleh peran desa ini sebagai ibukota Kecamatan Bogorejo.
Dalam hal fasilitas, desa-desa yang lain juga telah memiliki fasilitas-fasilitas dasar seperti fasilitas pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar, fasilitas kesehatan berupa puskesmas pembantu atau bidan, fasilitas peribadatan berupa masjid, hingga pertokoan kecil. Di Desa Jurangjero yang bisa dikatakan merupakan daerah paling sulit untuk dilewati juga telah tersedia fasilitas-fasilitas tersebut bahkan di desa ini terdapat gedung SMP yang sedang diperbaiki.
3.2.6    Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan sebagai aturan main (rule of game) dan organisasi, berperan sangat penting dalam mengatur penggunaan/alokasi sumberdaya secara efisien, sumberdaya merata, dan berkelanjutan. Keberadaan lembaga formal dan informal di perdesaan menjadi salah satu modal sosial yang harus dibentuk. Modal sosial dapat menjadi satu-satunya pilihan ketika masalah-masalah ekonomi tidak dapat lagi diselesaikan dengan mekanisme pasar. Dalam kegiatan transaksi, modal sosial dapat menjadi basis sumberdaya ekonomi yang mendukung keberhasilan pembangunan di wilayah perdesaan. Kelembagaan formal maupun informal dapat menyelesaikan kegiatan-kegiatan ekonomi yang berbasiskan transaksi menjadi sebuah hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dan norma masyarakat.
Tantangan yang dihadapi perdesaan adalah penciptaan lembaga-lembaga baru berdasarkan mutual learning antara kelompok dalam desa tersebut yaitu produsen lokal, penduduk lokal, pemerhati lingkungan,dan pemilik tanah. Lembaga baru ini sebaiknya tidak bergantung pada bantuan pemerintah daerah dan harus dapat mengidentifikasi dan mengimplementasikan solusi-solusi yang kooperatif untuk dapat membantu masyarakat desa menaikkan standar hidup mereka. Secara teoritis dapat disebutkan bahwa keberadaan modal sosial dalam bentuk lembaga-lembaga formal dan informal dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pembangunan pemerintah di wilayah perdesaan.
3.2.7     Aspek Sosial
Penduduk Kecamatan Bogorejo memiliki sifat gotong royong serta kerukunan antar warga yang masih terjaga dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan pembangunan jalan PNPM, pengajian, dan arisan warga setempat yang dilakukan rutin setiap bulannya. Sifat gotong royong yang tinggi ini menjadikan koordinasi antar penduduk semakin mudah, terutama dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pembangunan desa maupun masalah sosial lainnya.

2 komentar:

  1. salam kenal, artikel yang sangat menginspirasi..
    admin kalau ke Blora mampir ke Bloranews.com
    Jl. RA Kartini lorong 02 no 02 kunden Kecamatan Blora, Kabupaten Blora
    ditunggu rawuhnya
    kunjungi kami di : www.bloranews.com

    BalasHapus