3.1
Potensi Kecamatan Bogorejo
Kecamatan Bogorejo terletak pada pegunungan kapur di
sebelah timur laut Kabupaten Blora. Pegunungan kapur ini membentang hingga
Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Lokasinya yang berada pada perbatasan dua
provinsi, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, membuat Kecamatan Bogorejo ini
sering digunakan truk-truk pengangkut kapur sebagai jalur alternatif distribusi
pertambangan.
Selain pertambangan, terdapat pula hutan jati milik
Perhutani yang terletak pada Desa Gayam. Hutan jati ini merupakan sub bagian
dari Perhutani Kebunharjo. Pihak Perhutani dan penduduk Desa Gayam bersama-sama
mengembangkan potensi hutan, selain untuk meningkatkan produksi daerah juga
untuk menyejahterakan penduduk setempat.
Secara
keseluruhan atau secara umum Kecamatan Bogorejo memiliki potensi baik secara
alam maupun secara kebudayaan. Potensi yang ada antara lain:
- Potensi sumber daya air baik dari gua di Desa Nglengkir maupun bendungan di Desa Karang.
- Potensi lahan pertanian yang subur. Produksi pertanian yang utama di Kecamatan Bogorejo adalah padi, palawija dan cabai merah. Produksi tersebut ada yang digunakan untuk keperluan sehari-hari namun ada pula yang dijual
- Sumber daya alam berupa pengolahan batu gamping dan batu marmer di Desa Nglengkir
- Kebudayaan yang masih terjaga dan perlu dilestarikan serta dapat dijadikan identitas di tingkat nasional dan menjadi daya tarik pengunjung diseluruh desa pada Kecamatan Bogorejo
- Potensi hutan lindung yang dapat dijadikan sebagai paru-paru kota dan bumi perkemahan di Desa Sendangrejo
- Mulai tumbuhnya sektor non pertanian berupa perdagangan dan jasa dan industri sebagai mesin yang mendukung sektor basis pertanian di Desa Bogorejo, Desa Karang dan Desa Sendangrejo
- Semakin berkembangnya pertumbuhan penduduk di wilayah perdesaan Bogorejo mempengaruhi jumlah penduduk yang menganut agama islam. Mayoritas penduduk di Kecamatan Bogorejo 90% memeluk agama islam, hal ini berpotensi meningkatkan kualitas serta kuantitas kelembagaan agama islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin berkembangnya pembangunan masjid dan mushola di wilayah perdesaan Bogorejo. Hampir diseluruh wilayah Bogorejo memiliki masjid dan mushola.
3.2.1
Fisik dan Sumberdaya Alam
Potensi sumberdaya alam yang ada berkaitan dengan ketersediaan air.
Ketersediaan air yang dimaksud adalah adanya sumber mata air yang melimpah yang
tersebar di beberapa desa, sumber air tersebut sebagian besar digunakan untuk irigasi sawah.
Desa Gayam merupakan salah satu desa yang memiliki
sumber mata air, mata air tersebut berasal dari tengah hutan dimana mata air
tersebut dibendung lalu dialirkan ke sawah sebagai irigasi dengan sistem buka
tutup. Sistem buka tutup yaitu dengan membuka pintu besi jika ingin mengalirkan
air untuk irigasi dan menutup pintu besi jika tidak digunakan lalu air tersebut
mengalir ke selokan sebagai aliran air dari mata air.
Selain potensi sumber daya air, desa ini juga
memiliki potensi yang hutan jati yang cukup
luas yaitu sekitar 2700 Ha. Hutan jati tersebut dimiliki oleh Dinas Perhutani
dari 3 administrasi wilayah yaitu Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban dan
Kabupaten Rembang. Hasil balok kayu jati dimanfaatkan oleh Dinas Perhutani
sedangkan ranting dari pohon jati di manfaatkan oleh warga sekitar hutan jati.
Dahulu pohon jati yang ada disana sering dicuri oleh warga sekitar. Hal
tersebut dikarenakan masyarakat kurang peduli dengan keberadaan hutan tersebut.
Oleh sebab itu, sering dilakukan adanya sosialisasi akan pentingnya keberadaan
hutan jati. Alhasil sekarang pencurian terhadap hutan jati mulai berkurang.
Selanjutnya
adalah bendungan Goa Landak. Bendungan tersebut terletak di perbatasan antara
Desa Karanganyar, Desa Nglengkir dan Desa Karang. Bendungan yang dulunya
memiliki kedalaman sekitar 13 meter kini mengalami pendangkalan menjadi sekitar
3 meter. Hal tersebut dikarenakan rusaknya pintu air yang tidak lagi berfungsi
sebagaimana mestinya, lumpur yang mengendap di bendungan tersebut tidak dapat
turun ke bak penampungan sehingga bendungan menjadi dangkal. Bendungan tersebut
hanya dapat mengalirkan air jika pada musim penghujan saja karena air meluap
dari batas pintu air yang ada, biasanya air tersebut digunakan untuk irigasi
sawah. Tetapi untuk masa kemarau air tidak dapat digunakan. Para petani
mendapatkan air dari sumur-sumur bor yang dibangun di tengah sawah. Mereka
menyiram air dengan cara tradisional yaitu dengan cara menyiraminya satu per
satu.
Desa
Nglengkir memiliki sumber daya air yang juga melimpah. Sumber air tersebut
berada di dalam goa. Sumber air tersebut berjarak 3 km dari Desa Nglengkir yang
berada di dalam goa
yang terletak pada pegunungan. Sumber air tersebut, mampu memenuhi kebutuhan
air bersih di desa tersebut.
Potensi
lain adalah adanya kawasan pegunungan karst. Kawasan karst merupakan kawasan
batuan karbonat yang memperlihatkan bentuk lapisan karst. Kawasan karst
tersebut berada di sepanjang jalan di
Desa Gandu di sisi kanan dan kirinya. Desa Gandu memiliki topografi sebesar
15-40% dengan ketinggian sekitar 400 m di atas permukaan laut di mana daerah
tersebut merupakan daerah pegunungan.
3.2.2
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan
Bogorejo terbagi menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan perdagangan, pemukiman,
tegalan, hutan jati, dan sawah. Penggunaan lahan untuk pemukiman paling luas berada di
Desa Tempurejo. Hal ini didukung oleh topografi Desa Tempurejo yang sebagian
besar wilayahnya merupakan daerah datar. Selain itu Desa Tempurejo memiliki
jenis tanah mediterania yang tidak cocok untuk lahan pertanian sehingga
penggunaan lahannya lebih dialokasikan untuk pemukiman.
Jika dilihat lebih luas, sebagian besar penggunaan lahan di
Kecamatan Bogorejo digunakan untuk lahan pertanian. Komoditas utama pertanian
di Kecamatan Bogorejo adalah cabai merah, padi, dan palawija. Selain digunakan
untuk lahan pertanian, penggunaan lahan di Kecamatan Bogorejo khususnya di
jalan utama Desa Bogorejo berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa.
3.2.3
Populasi/Demografi
Berdasarkan data penduduk menurut
mata pencaharian Kecamatan Bogorejo tahun 2010, Kecamatan Bogorejo memiliki
jumlah penduduk yang sebagian besar yaitu sekitar 80% dari jumlah penduduk
kecamatan ini berprofesi sebagai petani. Hal ini akan berpotensi sebagai penggerak ekonomi
utama Kecamatan Bogorejo.
Selain itu, sekitar 90%
dari jumlah penduduk Kecamatan Bogorejo memeluk agama islam. Hal ini tentu akan
berpotensi akan terbentuknya kelembagaan/organisasi islam. Kondisi ini telah
terbukti dengan perkembangan pembangunan fasilitas masjid maupun mushola yang
sangat pesat. Acara-acara keagamaan pun semakin tumbuh berupa pengajian.
3.2.4
Ekonomi
Desa Bogorejo, awalnya desa ini
mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dibandingkan dengan desa-desa
lainnya. Aktivitas ekonomi yang dominan pada wilayah perdesaan Bogorejo yaitu sektor
pertanian. Subsektor yang paling berkembang yaitu tanaman dan peternakan. Potensi
pertanian tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bogorejo, baik pelayanan
yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan
sosial ekonomi lainnya sehingga masyarakat setempat tidak harus menuju ke kota
untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Dengan demikian akan tercipta
pusat-pusat pelayanan baru seperti di Desa Bogorejo, Karang dan Sendangrejo.
Selain
potensi pertanian, mulai tumbuhnya sektor-sektor ekonomi lainnya seperti
industri kecil, kawasan komersial, perdagangan dan jasa menyebabkan perubahan
struktur ruang yang sebagian beralih fungsi menjadi kawasan perkotaan.
Perkembangan kegiatan pertanian dan kegiatan
berbasis sumberdaya alam dibagian non-metropolis menciptakan permintaan
terhadap barang dan jasa yang hanya ada di bagian metropolis (Desa Bogorejo).
Barang dan jasa ini mencakup berbagai kebutuhan seperti perbankan, keuangan,
grosir, dan jasa berorientasi konsumen.
3.2.5
Infrastruktur dan Fasilitas
Ketersediaan
infrastruktur yang memadai merupakan salah satu syarat tercapainya tujuan
pembangunan, terutama pembangunan ekonomi. Infrastruktur yang baik menciptakan
akses yang lebih murah kepada masyarakat perdesaan Bogorejo baik berupa akses
transportasi, komunikasi maupun energi. Ada tiga manfaat kebeadaan
infrastruktur bagi wilayah perdesaan Bogorejo. Pertama, penyediaan
infrastruktur dapat membantu masyarakat perdesaan Bogorejo untuk memiliki
lokasi yang lebih baik, memungkinkan kelompok miskin mendapatkan fasilitas yang
lebih baik, dan meningkatkan partisipasi mereka dalam kehidupan sosial politik.
Kedua, infrastruktur yang baik dapat meningkatkan modal sosial. Kemiskinan
mungkin terjadi akibat tingkah laku dan mentalitas, sehingga dengan
infastruktur yang memadai dapat diciptakan hubungan diantara
komunitas-komunitas yang terisolasi dan masyarakat yang lainnya dapat
meningkatkan produktivitas. Ketiga, ketersediaan infrastruktur mengurangi biaya
ekonomi yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan daya
saing (competitiveness) masyarakat
diwilayah yang bersangkutan.
Selain
infrastruktur yang bersifat fisik, keberadaan infrastruktur ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan juga dapat menjadi ukuran kemajuan wilayah perdesaan
Bogorejo. Investasi untuk infrastuktur yang bersifat hard seperti infrastruktur pertanian, jalan, telekomunikasi,
kelistrikan, irigasi mempunyai peranan penting dalam memajukan produksi
pertanian perdesaan Bogorejo, dan juga memfasilitasi tumbuhnya infrastruktur
yang bersifat soft. Sedangkan,
infrastruktur yang bersifat soft
(jasa transportasi, keuangan, distribusi, dan pemasaran hewan ternak dan
produk-produk pertanian) juga sangat berperan penting dalam pembangunan
perdesaan Bogorejo. Manfaat pengembangan infrastruktur yang soft antara lain adalah meningkatnya
akses dalam berbagai macam jasa dan pelayanan.
Keberadaan
lembaga-lembaga ekonomi dan ketersediaan jasa di perdesaan Bogorejo memberikan
gambaran tingkat keberhasilan pembangunan di perdesaan. Keberadaan
infrastruktur ekonomi seperti pasar menjamin terjadinya transaksi jual beli
(perdagangan) antar sektor ekonomi di perdesaan Bogorejo yang akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui kemudahan akses masyarakat terhadap barang dan
jasa. Infrastruktur fisik pendidikan dan kesehatan juga diperlukan dalam
menjamin terciptanya sumberdaya manusia yang memadai karena diyakini akses
masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan sangat penting dalam proses
pembangunan jangka panjang.
Seluruh
jenis infrastruktur tersebut adalah prasyarat sekaligus indikator keberhasilan
pembengunan perdesaan. Dengan demikian, keberadaan infrastruktur tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan perdesaan. Dibawah ini
adalah indikator pembangunan infrastruktur perdesaan Bogorejo secara lebih
detail.
Jalan utama
di Kecamatan Bogorejo seperti Jalan Raya Jatirogo sering dilewati berbagai
jenis kendaraan, baik kendaraan yang mendistribusikan barang maupun penduduk setempat
yang beraktivitas. Jalan yang juga berperan sebagai jalur akses utama desa ini
juga dilalui transportasi umum telah dilalui oleh trayek angkutan umum,
sehingga pergerakan penduduk semakin mudah.
Rata-rata
sistem drainase Kecamatan Bogorejo merupakan sistem drainase terbuka sehingga lebih
memudahkan dalam hal perawatan. Apabila dilakukan secara berkala, maka aliran
air di wilayah ini juga akan lancar.
Sumber air
bersih Kecamatan Bogorejo berasal dari sumur dan Pamsimas. Penggunaan Pamsimas
hanya ada di 2 desa yaitu Desa Tempurejo dan Desa Sendangrejo. Penggunaan sumur
di desa-desa selain kedua desa di atas karena wilayah-wilayah tersebut mudah
dalam mendapatkan air tanah bersih yang terletak tidak terlalu dalam.
Prasarana
listrik di Kecamatan Bogorejo seluruhnya telah terlayani oleh PLN dengan daya
rata-rata 450
watt hingga 900 watt. Hal ini akan sangat mendukung kegiatan perekonomian
seperti perdagangan dan industri serta aktivitas penduduk sehari-hari juga
dapat berjalan lancar.
Fasilitas yang ada di desa-desa
Kecamatan Bogorejo ini sudah mencukupi kebutuhan penduduk. Fasilitas yang
tersedia seperti fasilitas pendidikan berupa gedung sekolah PAUD, TK, Sekolah
Dasar, hingga gedung SMA. Selain fasilitas pendidikan ada pula fasilitas
kesehatan berupa puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan. Fasilitas lainnya
seperti fasilitas peribadatan serta perdagangan dan jasa juga ada di kecamatan
ini.
Desa yang paling banyak memiliki
fasilitas pendukung aktivitas penduduk yaitu Desa Bogorejo. Di desa ini
terdapat gedung sekolah, masjid, puskesmas, kantor pos, pasar, dan pertokoan.
Hal ini disebabkan oleh peran desa ini sebagai ibukota Kecamatan Bogorejo.
Dalam hal fasilitas, desa-desa yang
lain juga telah memiliki fasilitas-fasilitas dasar seperti fasilitas pendidikan
hingga tingkat Sekolah Dasar, fasilitas kesehatan berupa puskesmas pembantu
atau bidan, fasilitas peribadatan berupa masjid, hingga pertokoan kecil. Di
Desa Jurangjero yang bisa dikatakan merupakan daerah paling sulit untuk
dilewati juga telah tersedia fasilitas-fasilitas tersebut bahkan di desa ini
terdapat gedung SMP yang sedang diperbaiki.
3.2.6
Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan sebagai aturan main (rule of game)
dan organisasi, berperan sangat penting dalam mengatur penggunaan/alokasi
sumberdaya secara efisien, sumberdaya merata, dan berkelanjutan. Keberadaan
lembaga formal dan informal di perdesaan menjadi salah satu modal sosial yang
harus dibentuk. Modal sosial dapat menjadi satu-satunya pilihan ketika
masalah-masalah ekonomi tidak dapat lagi diselesaikan dengan mekanisme pasar.
Dalam kegiatan transaksi, modal sosial dapat menjadi basis sumberdaya ekonomi
yang mendukung keberhasilan pembangunan di wilayah perdesaan. Kelembagaan
formal maupun informal dapat menyelesaikan kegiatan-kegiatan ekonomi yang
berbasiskan transaksi menjadi sebuah hubungan yang didasarkan pada kepercayaan
dan norma masyarakat.
Tantangan yang dihadapi perdesaan adalah penciptaan
lembaga-lembaga baru berdasarkan mutual
learning antara kelompok dalam desa tersebut yaitu produsen lokal, penduduk
lokal, pemerhati lingkungan,dan pemilik tanah. Lembaga baru ini sebaiknya tidak
bergantung pada bantuan pemerintah daerah dan harus dapat mengidentifikasi dan
mengimplementasikan solusi-solusi yang kooperatif untuk dapat membantu
masyarakat desa menaikkan standar hidup mereka. Secara teoritis dapat
disebutkan bahwa keberadaan modal sosial dalam bentuk lembaga-lembaga formal
dan informal dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pembangunan
pemerintah di wilayah perdesaan.
3.2.7
Aspek Sosial
Penduduk
Kecamatan Bogorejo memiliki
sifat gotong royong serta kerukunan antar warga yang masih
terjaga dengan baik.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan pembangunan jalan PNPM, pengajian, dan arisan warga setempat
yang dilakukan rutin setiap bulannya.
Sifat gotong royong yang
tinggi ini menjadikan koordinasi antar penduduk semakin mudah, terutama dalam penyelesaian masalah
yang berhubungan dengan pembangunan desa maupun masalah sosial lainnya.
salam kenal, artikel yang sangat menginspirasi..
BalasHapusadmin kalau ke Blora mampir ke Bloranews.com
Jl. RA Kartini lorong 02 no 02 kunden Kecamatan Blora, Kabupaten Blora
ditunggu rawuhnya
kunjungi kami di : www.bloranews.com
Semoga semakin maju...
BalasHapus