Rabu, 18 Juli 2012
PRAKIRAAN PERKEMBANGAN PERMASALAHAN: KECENDERUNGAN
3.4.1
Kecenderungan
Kecenderungan perkembangan permasalahan pada Wilayah
Bogorejo yaitu terjadinya ketimpangan antardesa. Disparitas pembangunan
merupakan masalah pembangunan antar-wilayah yang tidak merata.
Kesenjangan-kesenjangan yang terjadi karena pembangunan terpusat/terkonsentrasi
di kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan, sementara wilayah hinterland
mengalami pengurasan sumberdaya yang berlebihan. Secara makro dapat kita lihat
terjadinya ketimpangan pembangunan yang signifikan, seperti antar desa-kota di
wilayah Blora.
Kesenjangan ini pada akhirnya menimbulkan
permasalahan yang dalam konteks makro sangat merugikan proses pembangunan yang
ingin dicapai. Ketidakseimbangan pembangunan antarwilayah/kawasan di satu sisi
terjadi dalam bentuk buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya
yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi. Di sisi lai,
potensi konflik terjadi sedemikian besar karena wilayah-wilayah yang dulunya
kurang tersentuh pembangunan mula menuntut hak-haknya. Ketidakseimbangan
pembangunan menghasilkan struktur hubungan antarwilayah yang membentuk suatu
interaksi yang saling memperlemah. Wilayah/kawasan hinterland menjadil
lemah karena pengurasan sumberdaya yang berlebihan (backwash), yang
mengakibatkan aliran bersih dan akumulasi nilai tambah tertuju ke pusat-pusat
pembangunan secara masif dan berlebihan sehingga terjadi akumulasi nilai tambah
di kawasan-kawasan pusat pertumbuhan.
KARAKTERISTIK INFRASTRUKTUR DAN FASILITAS
2.2.3
Karakteristik Infrastruktur dan Fasilitas
Kondisi
infrastruktur, fasilitas, dan utilitas merupakan sarana pendukung aktivitas
penduduk. Tanpa adanya ketiga hal tersebut akan sangat sulit untuk memenuhi
kebutuhan penduduk. Kecamatan Bogorejo yang terbagi atas beberapa desa juga
telah dilengkapi infrastruktur, fasilitas, dan utilitas yang berbeda-beda tiap
desanya.
·
Infrastruktur
Gayam |
Desa
Gayam memiliki infrastruktur berupa jalan yang pada tahun 2010 telah diperbaiki
melalui dana PNPM. Jalan lingkungan ini telah diperbaiki dengan betonisasi
sehingga lebih memudahkan mobilisasi penduduk Desa Gayam. Di sisi kanan dan
kiri jalan lingkungan desa ini juga terdapat drainase yang masih sederhana
sehingga mampu mengalirkan aliran air saat musim hujan. Kondisi pengelolaan
persampahan di desa ini juga masih sangat sederhana. Setiap penduduk mengelola
sampah rumah tangganya masing-masing dengan dikubur di pekarangan rumah atau
dengan dibakar.
Tempurejo |
Infrastruktur
yang ada di Desa Tempurejo yaitu berupa jalan lingkungan, drainase di sekitar
jalan lingkungan, dan persampahan. Kondisi jalan lingkungan yang ada di Desa
Tempurejo ini sudah beraspal namun di beberapa titik terjadi kerusakan aspal.
Drainase di sisi jalan lingkungan juga sudah sangat baik untuk mengalirkan
aliran air. Kondisi pengelolaan persampahan di desa ini sedikit berbeda dengan
kondisi pengelolaan sampah di Desa Gayam. Di desa ini sampah telah dikumpulkan
menjadi satu, kemudian dibakar.
Gandu |
Desa
Gandu memiliki kondisi infrastruktur jalan yang sudah rusak dan tidak adanya
penerangan lampu jalan. Selain itu kondisi jalan di desa ini juga cukup terjal
sehingga semakin menghambat pergerakan atau mobilisasi penduduk. Sebenarnya
modal tenaga masyarakat untuk memperbaiki jalan sudah sangat cukup, namun
lagi-lagi kendala finansial yang menghambat pembangunan infrastruktur jalan di
sini. Drainase di desa ini juga telah dibangun, namun sepertinya kurang
mendapatkan perawatan sehingga tampak kerusakan di beberapa bagian. Pengelolaan
sampah di desa ini juga kurang terkoordinir, di beberapa rumah penduduk
terlihat sampah yang dibuang begitu saja sehingga menimbulkan kesan yang kumuh
pada lingkungan sekitar.
Bogorejo |
Desa
Bogorejo yang merupakan ibukota Kecamatan Bogorejo ini memiliki kualitas jalan
lokal yang sudah beraspal dan dalam kondisi yang baik. Jalan ini menghubungkan
langsung Kecamatan Bogorejo dengan Kecamatan Jepon. Di sisi lain, jalan
lingkungan di desa ini memiliki lebar jalan yang cukup memadai untuk dilewati 2
mobil secara bersamaan, tetapi kondisinya masih tidak rata dan bergelombang.
Kondisi drainase di jalan lingkungan Desa Bogorejo ini cukup baik karena mampu
mengarahkan aliran air ketika hujan ke sungai yang membentang di desa ini.
Nglengkir |
Karang |
Karanganyar |
Jurangjero |
Desa
Jurangjero merupakan desa yang memiliki titik ketinggian paling tinggi
dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang ada di Kecamatan Bogorejo. Jalan di
desa ini memiliki kelerengan yang curam yaitu antara 15 – 40%. Meskipun pada
sebagian jalan sudah dilakukan betonisasi, tetapi di beberapa titik terdapat
jalan yang terjal dan berbatu kasar. Hal ini benar-benar menghambat mobilisasi
penduduk. Pengelolaan sampah di desa ini juga masih dilakukan secara mandiri
oleh penduduk, sampah dikumpulkan di tanah kosong kemudian akan ditimbun.
Sendangrejo |
Desa
Sendangrejo memiliki kondisi jalan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
desa-desa lainnya. Jalan lokal di desa ini sudah dilakukan pengaspalan dan
masih dalam kondisi baik. Jalan lingkungan di desa ini juga telah dilakukan
betonisasi. Kondisi drainase di sisi jalan juga telah dibangun dengan baik
untuk mengalirkan aliran air agar tidak menggenangi jalan. Satu hal yang kurang
terkoordinir yaitu masalah pengelolaan sampah penduduk. Penduduk masih membuang
sampah di tanah kosong sehingga seringkali merusak pemandangan.
·
Fasilitas
Fasilitas
yang ada di desa-desa Kecamatan Bogorejo ini sudah mencukupi kebutuhan
penduduk. Fasilitas yang tersedia seperti fasilitas pendidikan berupa gedung
sekolah PAUD, TK, Sekolah Dasar, hingga gedung SMA. Selain fasilitas pendidikan
ada pula fasilitas kesehatan berupa puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan.
Fasilitas lainnya seperti fasilitas peribadatan serta perdagangan dan jasa juga
ada di kecamatan ini.
Fasilitaas Bogorejo |
Desa
yang paling banyak memiliki fasilitas pendukung aktivitas penduduk yaitu Desa
Bogorejo. Di desa ini terdapat gedung sekolah, masjid, puskesmas, kantor pos,
pasar, dan pertokoan. Hal ini disebabkan oleh peran desa ini sebagai ibukota
Kecamatan Bogorejo.
Dalam
hal fasilitas, desa-desa yang lain juga telah memiliki fasilitas-fasilitas
dasar seperti fasilitas pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar, fasilitas
kesehatan berupa puskesmas pembantu atau bidan, fasilitas peribadatan berupa
masjid, hingga pertokoan kecil. Di Desa Jurangjero yang bisa dikatakan
merupakan daerah paling sulit untuk dilewati juga telah tersedia
fasilitas-fasilitas tersebut bahkan di desa ini terdapat gedung SMP yang sedang
diperbaiki.
Bendungan Air Desa Gayam-Karang |
Selain
itu di dua desa yaitu Desa Gayam dan Desa Karang terdapat fasilitas lain berupa
bendungan air yang digunakan untuk irigasi pertanian sawah yang terletak di
sekitar bendungan tersebut. Kedua bendungan ini memiliki perbedaan pada sumber
airnya. Bendungan di Desa Gayam merupakan bendungan sumber mata air yang
berasal dari goa. Bendungan ini terus mengalirkan air untuk irigasi persawahan
walaupun pada musim kemarau. Berbeda dengan yang ada di Desa Karang, bendungan
di sini merupakan bendungan air hujan. Akibatnya bendungan ini hanya dapat
mengairi pertanian sawah hanya pada saat musim penghujan.
·
Utilitas
Utilitas |
Dalam
hal penyediaan listrik, seluruh desa ini rata-rata telah dialiri listrik 450
watt hingga 900 watt. Di dalam pedesaan ada penduduk yang menggunakan listrik
yang berasal langsung dari PLN ada pula yang menumpang listrik dari
tetangganya. Dalam penggunaan air bersih, sebagian penduduk menggunakan sumur
sebagai air bersih sisanya menggunakan Pamsimas. Beberapa desa memiliki sumur
dan Pamsimas yang berasal dari dana PNPM, namun ada pula sumur yang secara
mandiri dibangun oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhannya. Di kecamatan ini
tidak ada penduduk yang menggunakan PAM karena memang PAM belum masuk ke
kecamatan ini. Sama halnya seperti saluran telepon yang belum masuk di
Kecamatan Bogorejo. Seluruh warganya saat ini menggunakan telepon genggam untuk
berkomunikasi. Dalam
hal penyediaan air bersih, hanya ada 2 desa yang menggunakan Pamsimas yaitu
Desa Tempurejo dan Desa Sendangrejo. Desa Sendangrejo telah menggunakan
Pamsimas sebagai sumber air bersih sejak tahun 2005 dan Desa Tempurejo baru
pada tahun 2008.
KEGIATAN LAPANGAN
KEGIATAN LAPANGAN
Kecamatan Bogorejo terletak di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Jarak antara pusat kota yaitu Kota Blora dengan Kecamatan Bogorejo kurang lebih sekitar 12 km. Apabila melihat jarak tersebut, terhitung dekat. Namun akses untuk menuju ke kota terbilang agak sulit karena sepanjang jalan menuju kota harus melewati hutan jati yang masih asli serta kondisi jalannya buruk. Kecamatan Bogorejo memiliki ibukota Kelurahan Bogorejo. Jalan utama di Bogorejo tidak selebar kota, namun kondisinya baik bahkan beraspal. Kondisi jalan yang baik tersebut, hanya sebatas jalan utamanya saja. Berbeda jauh dengan jalan lokal yang ada di setiap desa. Di Bogorejo sektor perdagangan dan jasanya hanya terdapat pasar tradisional, toko kelontong, rumah makan, dan photocopy. Tidak ada minimarket seperti dikebanyakan daerah.
Kecamatan Bogorejo terletak di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Jarak antara pusat kota yaitu Kota Blora dengan Kecamatan Bogorejo kurang lebih sekitar 12 km. Apabila melihat jarak tersebut, terhitung dekat. Namun akses untuk menuju ke kota terbilang agak sulit karena sepanjang jalan menuju kota harus melewati hutan jati yang masih asli serta kondisi jalannya buruk. Kecamatan Bogorejo memiliki ibukota Kelurahan Bogorejo. Jalan utama di Bogorejo tidak selebar kota, namun kondisinya baik bahkan beraspal. Kondisi jalan yang baik tersebut, hanya sebatas jalan utamanya saja. Berbeda jauh dengan jalan lokal yang ada di setiap desa. Di Bogorejo sektor perdagangan dan jasanya hanya terdapat pasar tradisional, toko kelontong, rumah makan, dan photocopy. Tidak ada minimarket seperti dikebanyakan daerah.
Kecamatan
Bogorejo terdiri dari 14 kelurahan atau desa, yaitu Kelurahan Bogorejo,
Kelurahan Jeruk, Kelurahan Tempurejo, Kelurahan Sendangrejo, Kelurahan
Sarirejo, Kelurahan Karang, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Gempol, Kelurahan
Gandu, Kelurahan Gayam, Kelurahan Gombang, Kelurahan Prantaan, Kelurahan
Nglengkir dan Kelurahan Jurangjero. Desa-desa tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing serta keunikan yang membedakan dengan kelurahan
yang lainnya.
Kelurahan
yang menonjol adalah Kelurahan Bogorejo. Kelurahan ini dijadikan sebagai
ibukota kecamatan dengan kondisi aksesbilitas dan perdagangan dan jasa yang
paling menonjol dibandingkan desa lainnya. Puskesmas, Kantor Polisi dan kantor
kecamatan terletak di kelurahan ini. Keadaan ekonomi maupun aksesbilitas yang
mudah menyebabkan banyak warga yang tinggal di desa tersebut.
Kelurahan
Nglengkir menonjol karena adanya sumber daya alam yang melimpah, yaitu berupa
goa. Di dalam goa tersebut terdapat mata air asli yang kondisinya sangat baik,
jernih, tidak berbau dan tidak berasa. mata air tersebut sangat berlimpah
sehingga dapat mengaliri air ke seluruh Desa Nglengkir. Tetapi, desa ini
memiliki permasalahan berupa kekurangan air. Hal ini disebabkan karena mata air
tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik karena terhambat oleh kepercayaan.
Menurut kepercayaan warga Desa Nglengkir apabila meminum air dari mata air
tersebut dapat mendapatkan penyakit, padahal hal tersebut tidak terbukti secara
ilmiah. Warga di desa tersebut lebih memilih menggunakan Pamsimas.
Bendungan
besar yang terletak di Desa Karang merupakan salah satu sumber daya alam yang
ada di Kecamatan Bogorejo. Bendungan ini terhitung sangat besar dan digunakan
untuk mengairi lahan pertanian yang ada di sekitarnya. Karena besarnya
bendungan tersebut, dapat mengaliri hingga Desa Karanganyar yang merupakan desa
tetangga. Bendunganan ini merupakan bendungan tadah hujan, sehingga pada musim
kemarau debit airnya tidak sebanyak musim penghujan. Bendungan ini sudah
menggunakan sistem buka tutup berupa mesin. Namun penggunaan pintu air tersebut
membuat warga sekitar dan petani menjadi rugi. Karena dengan sistem baru
tersebut, air yang mengalir jauh lebih sedikit dan penyalurannya tidak merata.
Sistem buka tutup tersebut dilakukan oleh warga sendiri dan sering terjadi
kerusakan pada pintu air karena tidak mampu menahan tekanan dari air dan
lumpur.
Bendungan
yang ada di Desa Gayam. Ukurannya memang tidak sebesar bendungan yang ada di
Desa Karang namun pemanfaatannya sudah tergolong baik. Sama seperti di Desa
Gayam, bendungan ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah yang ada di sekitarnya.
Bendungan ini juga memiliki sistem buka tutup, namun tidak ada masalah dalam
penggunaannya.
Hutan
Jati yang ada di Desa Gayam. Luas total hutan jati tersebut sekitar 2700 Ha
yang terbagi menjadi tiga administratif yaitu Blora, Tuban dan Kabupaten
Rembang. Hutan ini dikelola oleh Dinas Perhutani. Secara garis besar yang
dimanfaatkan dan yang paling banyak ditanam adalah pohon jati, ada beberapa
pohon mahoni yang digunakan untuk peremajaan lingkungan. Hutan ini dikelola
dengan partisipati masyarakat sekitar. Hasilnya akan dimanfaatkan oleh Dinas
Perhutani dan limbahnya seperti bongkahan kayu dan ranting dapat dimanfaatkan
pleh warga sekitar. Peran masyarakat dalam perlindungan hutan ini sangat
diperlukan karena itu pihak Perhutani membentuk papan iklan untuk kesadaran
masyarakat. Selain hutan lindung, terdapat bumi perkemahan yang sudah tingkat
Kabupaten Blora. Namun dalam penggunaannya bumi perkemahan ini jarang
difungsikan. Bumi perkemahan ini akan berfungsi biasanya pada saat ada acara
tingkat kecamatan.
Terdapat
produksi batu gamping di Desa Tempurejo dan pabrik batu marmer di Desa
Jurangjero. Kedua produksi tersebut dipasarkan ke daerah luar Kabupaten Blora,
seperti Kabupaten Rembang atau Tuban. Produksi tersebut dilakukan oleh warga
Bogorejo. Untuk produksi batu marmer sudah hampir bangkrut perusahaannya karena
pangsa pasar yang tidak seperti dikehendaki.
Kebudayaan
yang masih kental dan merupakan acara rutin adalah “Sedekah Bumi”. Acara ini
merupakan sebuah bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas panen. Panen yang banyak
maupun sedikit pasti tetap dilaksanakan acara ini. Acara ini berupa arak-arakan
mengitari desa, wayang kulit dan biasanya ditutup oleh Kethoprak. Acara ini
biasanya dilaksanakan pada tempat-tempat yang merupakan landmark di desa
tersebut seperti desa maupun balai desa. Selain itu masih ada kebudayaan wayang
kulit yang ada di Desa Tempurejo. Wayang tersebut terkadang dipentaskan namun
tidak diperjual belikan. Wayang tersebut dimiliki oleh seseorang yang dituakan
di desa tersebut, namun sudah meninggal dan diwariskan kepada anaknya.
Secara
keseluruhan atau secara umum Kecamatan Bogorejo memiliki potensi baik secara
alam maupun secara kebudayaan. Potensi yang ada adalah :
1. Potensi
sumber daya air baik dari gua maupun bendungan
2. Potensi
lahan pertanian yang subur. Produksi pertanian yang utama di Kecamatan Bogorejo adalah padi, palawija dan cabai merah. Produksi tersebut ada yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari namun ada pula yang dijual
3. Sumber
daya alam berupa pengolahan batu gamping dan batu marmer
4. Kebudayaan
yang masih terjaga dan perlu dilestarikan serta dapat dijadikan identitas di tingkat nasional dan menjadi daya tarik pengunjung
5. Potensi hutan lindung yang dapat dijadikan
sebagai paru-paru kota dan bumi perkemahan
Meskipun memiliki potensi yang
melimpah, Kecamatan Bogorejo secara keseluruhan memiliki permasalahan yang
hampir sama. Yaitu :
- Masalah aksesbilitas berupa infrastruktur jalan dan penerangan jalan. Jalan utama yang ada di Bogorejo, kondisinya baik dan beraspal namun hal ini tidak berlaku pada jalan lokal di desa-desanya. Jalan yang ada berupa batu batu kerikil maupun kerakal yang disusun menjadi jalan dengan topografi yang beragam. Selain jalan aksesbilitas berupa angkutan umum tidak ada di Bogorejo. Masalah utama yang lainnya adalah tidak adanya lampu penerangan jalan baik di jalan utama maupun jalan lokal. Padahal untuk jalan utama, untuk akses ke kota harus melewati hutan jati tanpa adanya bantuan penerangan jalan sangat menyulitkan pengendara;
- Masalah ketidak tersedianya MCK. Hal ini sering ditemui pada desa-desa yang terbelakang di Bogorejo. Tidak adanya MCK membuat warga terpaksa membuang air besar di sembarang tempat seperti sungai dan lain sebagainya. Ada beberapa warga yan tidak memiliki MCK di dalam rumahnya. Padahal MCK merupakan syarat utama untuk kesehatan;
- Rendahnya tingkat kesehatan. Ketiadaan MCK di dalam rumah menyebabkan tingkat kesehatan warganya rendah. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah kuranganya tenaga medis dan kesadaran warga sendiri;
- Tingkat ekonomi yang rendah. Tingkat ekonomi yang rendah menyebabkan tingkat pendidikan yang rendah pula. Hal ini disebabkan bahwa warga yang ada tidak dapat mengembangkan potensi yang ada serta tidak sedikit warga yang terlilit hutang. Selain itu faktor yang mempengaruhi adalah banyaknya warga yang memutuskan migrasi dari Bogorejo. Warga berusia produktif apabila memiliki pendidikan yang cukup tinggi (SMA) lebih memilih meninggalkan Bogorejo dan menuju ke kota seperti Surabaya, Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Sehingga tingkat ketergantungan di Kecamatan Bogorejo tinggi karena warga yang berusia lanjut lebih banyak daripada warga dengan usia produktif.
Potensi dan permasalahan yang
ada di Kecamatan Bogorejo berimbang. Bogorejo memiliki potensi yang tinggi
namun memiliki permasalahan yang kompleks dan tidak dapat diselesaikan dengan
sekejap. Hal ini dipersulit dengan kurangnya dari pemerintah pusat yang turun
tangan untuk mengembangan potensi ataupun memberikan solusi terhadap masalah
yang ada. Warga yang ada hanya berharap pada diri sendiri dan pemerintah lokal
yang tidak begitu banyak memberikan perubahan. Menyelesaikan masalah dan
mengangkat potensi yang ada di Kecamatan Bogorejo perlu bantuan dari pemerintah
pusat, pemerintah lokal, LSM, planner, dan masyarakat Bogorejo sendiri
karena sangat disayangkan apabila potensi yang melimpah tersebut harus terbuang
sia-sia.
Langganan:
Postingan (Atom)